Thursday, June 09, 2016

Ramadhan




Hi June ,
Ramadhans coming~ same with the final examination~~
I’m excited of course.
This is a month that full of forgiveness, joy, and family-time!!
Ramadhan identical with ‘Mudik ......... what’s  Mudik’ by the way?
It’s return home or going back home to whoever leave their hometown for study, work, and etc. Ramadhan is the holiest month in the Islamic calendar. Fasting is prescribed in this month. Muslims belifes that Allah will forgive our sin if we do well in our fasting. Because meaning of fasting  is not only about  do not eating, drinking, smoking or engage in sexual intercourse during the fast but we also focus on improve our faith to Allah with several activities such as reading the Holy Qur’an, donating to charities (zakaat), and small activities such as keep away our mouth  from gossiping, keep positive thinking, and always be patient.
As a “Rantau-ers” (the one who left his/her hometown) Is not easy I think to live alone and organised things alone. We must manage our money, time, etc by ourselves. During Ramadhan especially, we must wake up at 3 a.m (fajr) to have our Sahoor (eating before fasting) by ourselves and prepare for our breakfasting at  6 p.m (sunset ).
Even if we live together in a boarding house, dormitory, or apartment the feel is still different. Why? For me there’s still like a feeling like…um missing home especially my mother, how she wake me up to have my sahoor, how my sisters and I discussing something, or just giggling because one of television program.
I learn many things as  a Rantauers. The important one is now, I feel I’m more independent than before. I cooked my own food, prepare my sahoor, make my own hot-milk and do the duties (such as cleaning, sweeping, etc)  not only that, because my final examination take place during Ramdhan, lil bit hard because at night I must study for the exam, and if I go to bed late, it’s possible for me to miss my sahoor. Yeah that kind of situation really develop me as an independent woman because I need to take my own responsibility … but thanks to Allah because Allah help me through the problems that happened here and I’m thankful I can feel this experience and become a better woman through the problems that happened to me.
My life may not be perfect, but I’m blessed for everything that Allah give to me. I know there’s always be a reason why it’s happened both teach me and make me a better person. Alhamdullilah………….

/bee/

Tuesday, June 07, 2016

Indonesia Mendunia, kenapa tidak?


Indonesia mendunia, kenapa tidak? Suatu pertanyaan biasa yang mengandung jawaban dengan bobot berat luar biasa. Mengapa? Pada kenyataanyan, pemerintah dan rakyat Indonesia masih mengalami probematika dalam pengolahan sumber daya alamanya. Sebagai bangsa yang gemuk  harusnya kita bangga akan hal itu. Sumber daya melimpah, hutan-hutan dengan pemandangan yang eksotis didukung oleh banyaknya flora dan fauna yang tak ternilai harga nya serta tanaman dan buah-buahan juga telah disediakan oleh Negeri gemuk ini atas ijin dari Tuhan. Dengan segala kelebihan inilah selayaknya kita harus  bersyukur dan memanfaatkanya dengan sebaik mungkin demi terciptanya kesejahteraan dan ketentraman yang merata bagi jutaan nyawa  yang menumpangkan tubuhnya di Negeri gemuk ini.
Apa yang perlu diperbaiki adalah bagaimana segala kelebihan yang dimiliki negeri gemuk ini diolah. Bayangkan saja, dengan potensi alam yang luar biasa serta didukung oleh masyarakat yang memiliki kemampuan untuk mengelolanya, mimpi Indonesia untuk mendunia akan menjadi kenyataan. Dengan pengolahan yang benar, saya yakin suatu saat negeri ini menjadi sebuah negeri yang rakyatnya sudah tak ada lagi yang mati kelaparan. Tak ada lagi bayi bayi menangis karna tak pernah merasakan hangatnya pelukan bunda yang sedang sibuk berkerja di ladang, tak ada lagi tolakan dari rumah sakit karna ketiadaan biaya hingga akhirnya harus tutup usia. Namun, apaboleh buat, berbagai kekayaan alam yang merupakan berkah untuk kita nikmati justru bocor ke Negeri lain. Tambang Emas serta blok-blok Minyak yang merupakan aset negeri ini seakan tak bisa kita rasakan manfaatnya. Elit-elit negeri ini sudah terlalu sibuk dengan isi dompetnya sehingga mereka sudah gelap mata dan tak bisa melihat potensi negeri ini.
Disaat negeri ini kokoh dalam keunggulan komparatif seperti sumber daya alam yang hampir tidak terbatas, negeri ini justru sangat lemah dalam keunggulan kompetitif yaitu kekuatan sumber daya manusianya. Jepang, Singapura dan negara-negara Eropa kita kenal sangat terbatas keunggulan komparatifnya, tetapi mereka kini unggul dalam banyak hal. mengapa hal ini bisa terjadi? Sudah cukup kiranya, kita, pemuda Indonesia mengelu-elukan kekuatan sumber daya alam yang dimilikinya, inilah saatnya pemuda Indonesia berpikir besar bagaimana meningkatkan kapasitas diri dan berperan signifikan dalam perbaikan bangsa. Bukan sekedar wacana, melainkan sebuah aksi nyata yang terukur dan konsisten. Indonesia akan memiliki keunggulan atau bonus demografi di tahun 2025, akibat baby booming yang terjadi di negeri ini dalam beberapa tahun terakhir. Diperkirakan jumlah penduduk muda (usia 17-40 tahun) negeri ini akan berada pada titik puncaknya pada tahun tersebut bersama dengan India dan Cina. Disaat negara lain seperti AS, Jepang dan negara-negara Eropa akan memiliki jumlah manula terbesar di tahun 2025. Ini keunggulan yang akan kita miliki, dapat menjadi kekuatan bagi Indonesia untuk menjadi negeri yang adidaya di dunia.
Pertanyaannya, apa yang telah kita siapkan untuk menyambut era keemasan tersebut ? akankah 2025 akan menjadi tahun kebangkitan tahap kedua negeri ini atau akan justru menjadi titik balik tenggelamnya negeri ini karena para pemuda yang besar hanya menjadi buih tanpa mampu merekayasa pembangunan ? Kekhawatiran yang muncul justru adalah, ketika jumlah pemuda yang besar di tahun 2025 menjadikan pemuda negeri ini sebagai budak kapitalis, dan menjadi pusat komsumtifme dunia. Mari menjadi pemuda Indonesia yang berperan sebagai arsitek dan pemimpin masa depan Indonesia, pemuda bukan hanya penonton yang hanya bisa bertepuk tangan. kitalah yang akan mendesain masa depan negeri ini, karena masa depan negeri ini akan di teruskan oleh kita, jangan memberikan izin kepada siapa saja yang nantinya akan merusak karpet merah yang akan kita isi dengan penuh integritas dan cinta akan tanah air. Kita harus bisa merencanakan apa yang terbaik untuk negeri di masa mendatang, bukan sekedar pengikut tanpa memiliki pendirian yang kuat. Harta dan tahta tidak cukup untuk membayar idealisme, maka pemuda juga harus membuktikan dengan maha karya besar untuk negeri.
Maka sejatinya mimpi untuk mendunia tidak hanya sekadar menjadi mimpi. Namun mampu diwujudkan dan ditunjukkan bahwa Indonesia layak mendunia atas perjuangan keras dan usaha tanpa batas dari para pemuda-pemudinya.




/bee/